Penyakit Paru Menahun
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit kronik saluran napas yang ditandai dengan hambatan aliran udara ke dalam paru-paru (khususnya udara ekspirasi). Penyakit ini tidak sepenuhnya reversible (dapat kembali normal), bersifat kronik progresif (semakin lama semakin memburuk).
Gejala dan Tanda:
Sesak napas, batuk berdahak kronik, gejala bersifat kronik progresif (semakin lama semakin memburuk). (gambar PPOK)
Faktor genetik, individu (factor yang tidak dapat dimodifikasi atau tidak dapat diubah).
2.1.Perilaku individu-kebiasaan merokok
Asap rokok merupakan faktor risiko penting terjadinya PPOK. Terdapat sekitar 4000 zat kimia berbahaya keluar melalui asap rokok tersebut, antara lain aseton (bahaya cat), ammonia (pembersih lantai), arsen (racun), butane (bahan bakar ringan),cadmium (aki kendaraan), karbon monoksida (asap knalpot),DDT (insektisida), hidrogen sianida (gas beracun), methanol (bensin roket), naftalen ( kamper), toluene(pelarut industry), dan vinil klorida (plastik).
Perokok mempunyai risiko yang meningkat untuk terjadinya gangguan pernapasan dan penurunan faal paru daripada individu yang tidak merokok. Lamanya merokok, jumlah batang rokok pertahun dan dalamnya isapan rokok berhunungan dengan meningkatnya gangguan faal paru.
Tidak seluruh perokok mengalami PPOK, hal ini dipahami mengingat factor risiko pajanan bukan satu-satunya tetapi factor risiko lain dapat berkontribusi terhadap berkembangnya PPOK.
2.2. Faktor Lingkungan (polusi udara)
Polusi udara meliputi: polusi dalam ruangan seperti asap rokok orang lain, asap kompor, briket batu bara, asap kayu bakar, asap obat nyamuk bakar. Polusi di luar ruangan, seperti gas buang industry, gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan, asap kebakaran hutan, debu vulkanik gunung meletus. Polusi di tempat kerja seperti bahan kima, debu/zat iritasi, dan gas beracun.
Peran outdoor pollution masih dalam kajian tim ahli, akan tetapi perannya kebih kecil dibandingkan asap rokok. Sedangkan indoor pollution yang disebabkan oleh bahan bakar biomass (seperti kayu bakar, arang, dan lain-lain) yang digunakan untuk keperluan rumah tangga merupakan faktor risiko lainnya.
Pajanan asap rokok melibatkan perokok yang menghirup asap rokok utama, dan orang di sekelilingnya yang menghirup asap rokok orang lain (AROL) berupa asap yang dihembuskan perokok dan asap sampingan yang keluar dari ujung rokok yang dibakar. Kandungan bahan kimia pada asap rokok sampingan ternyata lebih tinggi disbanding asap rokok yang dihirup perokok, hal itu antara lain karena tembakau terbakar pada temperature lebih rendah ketika rokok sedang tidak dihisap, membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan mengeluarkan lebih banyak bahan kimia. Oleh karena itu AROL berbahaya bagi kesehatan dan tidak ada kadar paparan minimal AROL yang aman.
Risiko pajanan AROL bergantung bnyak hal antara lain luasnya ruangan, ventilasi ruangan dan banyaknya individu dalam ruangan. Pajanan asap rokok sejak usia dini (perokok pasif) berisiko meningkatkan infeksi pernapasan dan gangguan pernapasan serta pertumbuhan perkembangan paru.
Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.