Banyak penelitian membuktikan bahwa semakin tinggi tekanan darah seseorang, semakin tinggi pula risiko orang tersebut terkena penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke. Awal dari semua penyakit komplikasi itu yaitu kehilangan keseimbangan. Ketika tekanan darah tinggi naik, maka seseorang akan kesulitan berjalan karena tengkuk, leher, dan punggung akan terasa berat dan pegal. Ini disebabkan oleh kadar kolesterol yang langsung menyerang syaraf keseimbangan. Tidak heran, penderita bisa langsung jatuh secara tidak sadar tiba-tiba. Hasil penelitian Badan Kesehatan Sedunia (WHO) menunjukkan hampir setengah dari kasus serangan jantung disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka panjang akan menyebabkan terbentuknya kerak (plak) yang dapat mempersempit pembuluh darah koroner. Padahal pembuluh darah koroner merupakan jalur oksigen dan nutrisi (energi) bagi jantung. Akibatnya, pasokan zat-zat penting (esensial) bagi kehidupan sel-sel jantung jadi terganggu. Pada keadaan tertentu, tekanan darah tinggi dapat meretakkan kerak (plak) di pembuluh darah koroner. Serpihan-serpihan yang terlepas dapat menyumbat aliran darah sehingga terjadilah serangan jantung. Penderita tekanan darah tinggi berisiko dua kali lipat menderita penyakit jantung koroner. Penyumbatan pembuluh darah diawali dengan Stroke. Stroke merupakan gangguan syaraf otot yang dipengaruhi pembuluh darah dan berpusat pada kepala. Biasanya syaraf yang ada di otak tidak terkoneksi dengan syaraf motorik sehingga tangan yang biasa diserang tidak dapat digerakkan karena aliran darah tidak mengalir pada bagian tubuh tersebut. Bagian terparah dari gangguan pembuluh darah yang disebabkan oleh Hipertensi yaitu komplikasi pada Ginjal dan Jantung. Karena aliran darah yang tidak merata, maka beberapa fungsi organ tubuh akan terkena imbasnya. Gangguan darah turut mempengaruhi volume darah yang mengalir ke Jantung, jadi jangan heran kalau biasanya penderita hipertensi adalah penderita jantung pula.
Apa Saja Tanda dan Gejala Hipertensi?
Sayangnya, banyak orang baru menyadari bahwa mereka menderita hipertensi ketika sudah mengalami komplikasi. Hal ini dikarenakan hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala yang khas. Namun, beberapa tanda dan gejala yang mungkin muncul antara lain:
- Sakit kepala: Terutama di pagi hari atau setelah aktivitas fisik.
- Pusing atau vertigo: Terasa ringan hingga berat.
- Mual dan muntah: Terjadi karena tekanan darah tinggi yang tiba-tiba meningkat.
- Pendarahan hidung: Terjadi karena pembuluh darah di hidung pecah akibat tekanan darah tinggi.
- Gangguan penglihatan: Penglihatan kabur atau berkunang-kunang.
- Sesak napas: Terutama saat beraktivitas.
- Lemah dan letih: Merasa tidak bertenaga.
- Detak jantung tidak teratur: Jantung berdebar-debar atau berpacu lebih cepat dari biasanya.
Penting untuk diingat: Tidak semua penderita hipertensi mengalami semua gejala di atas. Beberapa orang mungkin tidak merasakan gejala sama sekali.
Apa Penyebab Hipertensi?
Penyebab hipertensi sangat beragam dan kompleks, namun beberapa faktor yang paling umum adalah:
- Usia
Risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia.
- Genetik
Riwayat keluarga dengan hipertensi dapat meningkatkan risiko.
- Gaya hidup
- Diet tinggi garam: Asupan garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.
- Kurang olahraga: Aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan risiko hipertensi.
- Kelebihan berat badan atau obesitas: Berat badan berlebih dapat membebani jantung dan meningkatkan tekanan darah.
- Merokok: Rokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.
- Konsumsi alkohol: Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.
- Kondisi medis lainnya
Penyakit ginjal, penyakit jantung, diabetes, dan gangguan tidur seperti sleep apnea dapat meningkatkan risiko hipertensi.
- Obat-obatan tertentu
Beberapa obat-obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs) dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan tekanan darah pada beberapa orang.
Bagaimana Cara Menentukan Hipertensi?
Cara paling akurat untuk menentukan apakah seseorang menderita hipertensi adalah dengan memeriksa tekanan darah. Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan di rumah menggunakan tensimeter atau di fasilitas kesehatan oleh tenaga medis.
- - Tekanan darah normal: Kurang dari 120/80 mmHg
- - Prehipertensi: 120-139/80-89 mmHg
- - Hipertensi stadium 1: 140-159/90-99 mmHg
- - Hipertensi stadium 2: 160/100 mmHg atau lebih
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan alat sphygmomanometer dan pengukur tekanan darah digital (tanpa air raksa). Sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah sebaiknya Anda buang air kecil terlebih dahulu, tidak minum kopi dan minuman beralkohol, tidak merokok, serta menenangkan pikiran dan perasaan. Berikut adalah cara pengukuran tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer:
- Pasang manset (sabuk) di lengan atas, tepat di atas lipatan siku.
- Sambil mendengarkan denyut nadi menggunakan stetoskop, tekanan di dalam manset dinaikkan dengan cara memompa pompa karet sampai denyut nadi tidak terdengar.
- Perlahan-lahan tekanan dalam manset diturunkan dengan cara mengendurkan (membuka) kran penutup udara pada pompa secara perlahan-lahan. Air raksa dalam sphygmomanometer pun perlahan-lahan turun.
- Pada saat denyut nadi terdengar lagi, tinggi air raksa sphygmomanometer menunjukkan tekanan darah sistolik.
- Pengenduran (pembukaan) kran dilanjutkan, sehingga tekanan dalam manset terus turun dan air raksa dalam sphygmomanometer pun terus turun. Pada saat itu, denyut nadi akan terdengar lebih jelas, untuk kemudian melemah dan melemah, sampai akhirnya tidak terdengar. Ketika denyut nadi melemah, tinggi air raksa dalam sphygmomanometer menunjukkan tekanan darah diastolik.