Stroke adalah kondisi medis yang serius, terjadi ketika aliran darah ke otak terhenti atau terganggu, menyebabkan sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Jika tidak segera ditangani, stroke dapat menyebabkan kerusakan otak permanen, kecacatan, atau bahkan kematian. Terdapat dua jenis faktor risiko yang mempengaruhi risiko stroke: faktor yang tidak bisa diubah (seperti usia, jenis kelamin, dan faktor genetik) dan faktor yang dapat diubah melalui perubahan gaya hidup dan pengobatan.
Faktor risiko yang dapat diubah adalah faktor-faktor yang sering kali disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat atau kondisi medis tertentu. Dengan memahami dan mengelola faktor risiko ini, seseorang dapat menurunkan kemungkinan terkena stroke secara signifikan. Di bawah ini adalah penjelasan lebih rinci mengenai faktor risiko stroke yang dapat diubah dan cara-cara untuk mengurangi risiko tersebut.
Mengapa Berisiko: Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama stroke karena dapat merusak dinding pembuluh darah, membuatnya lemah dan rentan pecah. Jika pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, stroke dapat terjadi.
Cara Pencegahan: Jaga tekanan darah dengan mengurangi konsumsi garam, meningkatkan asupan sayur dan buah, serta berolahraga secara teratur. Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, terutama jika ada riwayat hipertensi dalam keluarga.
Mengapa Berisiko: Diabetes dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan kadar gula dalam darah, yang dapat menyebabkan penumpukan plak pada pembuluh darah dan meningkatkan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Kontrol kadar gula darah dengan pola makan yang sehat, olahraga teratur, dan pemeriksaan kesehatan rutin. Menghindari makanan tinggi gula juga penting untuk mencegah komplikasi diabetes.
Mengapa Berisiko: Kelebihan berat badan meningkatkan risiko berbagai kondisi seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi yang semuanya berkaitan erat dengan peningkatan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Terapkan pola makan yang seimbang dan batasi makanan tinggi lemak dan kalori. Rutin berolahraga minimal 30 menit per hari untuk, 150 menit per minggu menjaga berat badan yang sehat.
Mengapa Berisiko: Kolesterol tinggi dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri (aterosklerosis), yang mempersempit pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke otak, meningkatkan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Batasi makanan berlemak dan tinggi kolesterol seperti gorengan, daging berlemak, dan makanan olahan. Konsumsi makanan kaya serat seperti sayuran, buah, dan biji-bijian untuk menjaga kadar kolesterol tetap normal.
Mengapa Berisiko: Fibrilasi atrium adalah gangguan irama jantung yang menyebabkan darah tidak dipompa dengan baik, sehingga bisa membentuk gumpalan darah. Jika gumpalan ini terbawa ke otak, bisa terjadi stroke.
Cara Pencegahan: Rutin memeriksakan kesehatan jantung dan mengikuti saran dokter jika didiagnosis dengan masalah irama jantung. Penggunaan obat pengencer darah juga dapat direkomendasikan oleh dokter.
Mengapa Berisiko: Stenosis arteri karotis adalah penyempitan pada arteri karotis (pembuluh darah utama di leher), yang mengurangi aliran darah ke otak dan meningkatkan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Hindari merokok, jaga kadar kolesterol, dan lakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi masalah pada pembuluh darah.
Mengapa Berisiko: Hiperfibrinogenemia adalah kondisi di mana kadar fibrinogen (protein yang membantu pembekuan darah) tinggi, yang dapat meningkatkan pembentukan gumpalan darah dan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Jaga pola hidup sehat dan hindari kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol berlebih. Pemeriksaan kesehatan rutin juga penting untuk memantau kadar fibrinogen dalam darah.
Mengapa Berisiko: Penyakit jantung seperti penyakit arteri koroner dan gagal jantung bisa mengganggu aliran darah dan meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah yang bisa berujung pada stroke.
Cara Pencegahan: Rutin periksa kesehatan jantung dan jaga pola makan rendah lemak jenuh. Konsultasikan dengan dokter mengenai pengelolaan penyakit jantung yang sudah ada.
Mengapa Berisiko: Orang yang pernah mengalami stroke memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke kembali, terutama jika faktor risiko lain tidak dikontrol.
Cara Pencegahan: Lakukan pola hidup sehat, ikuti terapi yang direkomendasikan dokter, dan rutin memeriksakan kesehatan untuk mencegah stroke berulang.
Mengapa Berisiko: Penyakit ini menyebabkan bentuk sel darah merah yang abnormal, yang bisa menghambat aliran darah dan meningkatkan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Diskusikan penanganan khusus dengan dokter, terutama jika memiliki riwayat keluarga atau didiagnosis dengan kondisi ini.
Mengapa Berisiko: Hiperhomosisteinemia adalah kondisi dengan kadar homosistein yang tinggi dalam darah, yang dapat meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah.
Cara Pencegahan: Konsumsi makanan kaya vitamin B (terutama B6, B12, dan asam folat) seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian untuk membantu menurunkan kadar homosistein.
Mengapa Berisiko: Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas, hipertensi, dan diabetes, yang semuanya meningkatkan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, seperti berjalan kaki, jogging, atau bersepeda untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Mengapa Berisiko: Penyalahgunaan obat-obatan dapat merusak sistem saraf dan pembuluh darah, sehingga meningkatkan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Hindari penyalahgunaan obat dan gunakan obat-obatan hanya dengan resep dokter.
Mengapa Berisiko: Stres berkepanjangan dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko stroke melalui dampaknya pada kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Cara Pencegahan: Kelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan. Jangan ragu mencari bantuan profesional jika stres sulit dikendalikan.
Mengapa Berisiko: Beberapa jenis migrain, terutama yang disertai aura, bisa meningkatkan risiko stroke pada beberapa individu. Dalam konteks migrain, "aura" merujuk pada gejala sensorik atau visual yang muncul sebelum atau selama serangan migrain. Aura seringkali berupa gangguan penglihatan, seperti melihat kilatan cahaya, bintik-bintik gelap, atau pola zig-zag. Aura juga bisa berupa sensasi lain, seperti mati rasa atau kesemutan di wajah atau tangan, atau kesulitan berbicara. Tidak semua penderita migrain mengalami aura; mereka yang mengalaminya biasanya disebut memiliki migrain "dengan aura."
Migrain dengan aura dianggap meningkatkan risiko stroke karena adanya perubahan pada pembuluh darah di otak yang dapat memicu terjadinya penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Jika migrain dengan aura sering terjadi, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter agar risiko kesehatan lain, seperti stroke, bisa dikelola dengan lebih baik.
Cara Pencegahan: Hindari pemicu migrain seperti stres, kurang tidur, atau makanan tertentu, dan konsultasikan dengan dokter jika migrain sering terjadi.
Mengapa Berisiko: Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko hipertensi, yang merupakan faktor risiko utama stroke.
Cara Pencegahan: Berhenti merokok dan batasi konsumsi alkohol. Banyak dukungan dan program berhenti merokok yang bisa diikuti jika diperlukan.
Mengapa Berisiko: Kontrasepsi hormonal, terutama pada wanita yang merokok atau memiliki riwayat stroke dalam keluarga, dapat meningkatkan risiko stroke.
Cara Pencegahan: Konsultasikan dengan dokter untuk memilih metode kontrasepsi yang paling aman sesuai kondisi kesehatan.
Dengan menjaga pola hidup sehat, memahami dan mengontrol faktor-faktor risiko di atas, kita bisa menurunkan kemungkinan terkena stroke. Rutin periksa kesehatan, makan gizi seimbang, cukup berolahraga, mengelola stress dan menghindari merokok serta alkohol adalah langkah-langkah penting untuk menjaga kesehatan jantung dan otak. Ingat, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Salam Sehat!
#GangguanOtak #Stroke #Strok #StrokeIskemik #StrokeHemoragik #PTM #PenyakitTidakMenular #PenyakitTidakMenularIndonesia
Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.