Sebuah badan sosial di Yogyakarta mengadakan acara dengar bareng untuk memberi kesempatan Penyandang Disabilitas Netra atau difabel netra ikut menikmati laga pertandingan Piala Dunia antara Jerman dan Korea Selatan yang berlansgung pada Rabu (27/6) malam.
Triwibowo langsung mengacungkan jari ketika mendapat pertanyaan siapa pelatih timnas pemain sepakbola Jerman dalam laga piala dunia 2018.
Dengan tegas dia menyebut nama, Joachim Loew, dan langsung berteriak girang karena jawabannya benar. Terlebih dia bisa menjawab tanpa bantuan teman-temannya.
"Hore! Benar," dia berseru.
Tak mau ketinggalan, Taufiq Rahmadi pun ikut mengacungkan jari ketika ada pertanyaan siapa pelatih timnas pemain sepakbola Korea Selatan.
Taufiq dapat menjawab dengan benar, Shin Tae-Yong. Seperti Triwibowo, Taufiq menjawab pertanyaan itu tanpa bantuan dari teman-temannya.
"Yeeeee, saya benar!" teriaknya.
Begitulah suasana di sebuah ruangan Badan Sosial Mardi Wuto Daerah Istimewa Yogyakarta saat menggelar acara Dengar Bareng (debar) pertandingan sepakbola piala dunia antara Jerman melawan Korea Selatan, Rabu (27/06) malam, seperti dilaporkan oleh wartawan Yaya Ulya di Yogyakarta untuk BBC Indonesia.
Bersama sekitar dua puluhan anggota Mardi Wuto lainnya, mereka duduk lesehan di salah satu ruangan ikut dalam acara debar yang baru pertama kali diadakan di lembaga sosial tersebut.
Debar yang baru pertama kali diadakan itu merupakan acara yang sangat menggembirakan bagi para difabel netra karena bisa mempertemukan sesama tuna netra sambil menyimak pertandingan sepak bola yang hanya digelar empat tahun sekali.
"Ini yang pertama bagi kami. Bareng-bareng dalam ruangan dan mendengarkan siaran langsung sepakbola Piala Dunia 2018. Senang sekali pokoknya," ujar Taufiq.
Kegembiran itu terlihat di wajah-wajah para difabel netra.
Sesekali mereka bertepuk tangan, bersorak dan ikut tegang ketika suara komentator sepak bola nadanya meninggi.
Kegembiraan itu tak hanya bagi para lelaki, Fitrah Nur Aini pun ikut menikmati acara tersebut meski mengaku tidak terlalu paham soal sepakbola. Nama pemain pun tidak ada yang dia ketahui. "Saya bukan penggila bola, tapi karena ini bareng-bareng sama teman jadinya senang," katanya.
Semua yang hadir mendukung Jerman. Dan meski Taufik mengidolakan Korea Selatan dalam laga Piala Dunia, karena tim itu adalah tim negara Asia dan karena gawainya buatan Korea Selatan, namun dalam pertandingan malam itu dia lebih memilih mendukung Jerman.
"2-1 untuk Jerman," Taufiq menebak skor pertandingan.
Triwibowo memberikan memprediksi bahwa malam itu Jerman akan menang dengan skor 3-1. Sejumlah nama pemain Jerman dia hafal.
"Jerman ada Oezil, Thomas Muller, Mario Gomez, kipernya Neuer," kata Triwobowo.
Dalam acara debar itu, mereka didampingi relawan dari Komunitas Brailliant. Salah satu relawan sekaligus pendiri Brailliant, Veronika Chistamia, mengaku komunitasnya, yang anggotanya mayoritas mahasiswa, sudah lama bekerjasama dengan Badan Sosial Mardi Wuto untuk membantu difabel netra.
"Kegiatannya mendampingi para difabel netra dalam berkegiatan," katanya.
Veronika mengadakan bahwa dia sudah sejak lama ingin melakukan acara debar, namun karena kesulitan akomodasi, keinginan itu ia urungkan sampai kemudian Radio Republik Indonesia (RRI) mengajaknya kerja sama.
Kepala Bidang Programa Siaran RRI Yogyakarta, Yuliana Martadoky, mengaku ingin ikut ambil bagian dengan difabel netra dalam kemeriahan sepakbola piala dunia 2018.
Ketua Badan Sosial Mardi Wuto, Sri Budi Astuti Sunandar juga merasa bangga bisa memberikan kebahagiaan kepada para difabel netra.
"Ini merupakan kesempatan bagi anak-anak untuk langsung mendengarkan pertandingan tersebut," ujarnya.
Kegembiraan itu pun terasa.
Selama 90 menit pertandingan Jerman lawan Korea Selatan, para difabel netra selalu ikut berteriak histeris ketika komentator sepakbola berteriak.
Jika kelelahan, mereka saling memijat. Tetapi ketika komentator kembali terdengar bernada histeris, mereka yang sedang berbaring akan kembali duduk dan yang saling memijat akan berhenti sejenak.
Sampai akhir babak kedua, skor masih 0-0
Wasit pun memberikan tambahan waktu. Suasana semakin riuh karena Korea Selatan mampu mencetak gol ke gawang Jerman. Mereka semua berteriak gembira, tidak peduli meskipun tadinya mereka menjagokan Jerman keluar sebagai pemenang.
"Yang penting hore!" kata salah satu difabel netra diikuti keriuhan teman-temannya.
Triwibowo dan temannya akhirnya berteriak histeris dan bertepuk tangan ketika akhirnya pertandingan dimenangkan Korea Selatan, 2-0.
"Jerman pulang kampung, Jerman pulang kampung, Jerman pulang kampung," mereka berseru.
Bagi Triwibowo, Korea Selatan bisa mengulang lagi sejarah pada laga Piala Dunia 2002 ketika tim itu menjadi tuan rumah, mampu masuk 16 besar, bahkan sampai ke semifinal. "Ini seperti sejarah pada 2002, sejarah pertama Asia mampu menginjak sampai ke semifinal," kata Triwibowo penuh semangat.
Mereka tak terlalu peduli lagi ketika tim Jerman yang awalnya mereka jagokan kalah. Bagi mereka, yang penting bisa berkumpul bersama teman-teman dan mendengarkan kemeriahan laga sepak bola yang terjadi empat tahun sekali.(sumber :BBC)
Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.