Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, dalam pembukaan Bakti Kesehatan Nasional Pendengaran dan Penglihatan di Ponpes Tebu Ireng, Jombang, 11 Maret 2017, menjelaskan betapa penting menjaga kesehatan dan kebersihan indera pendengaran.
"Dulu, saya juga terkejut, awalnya, saya pikir, apa ini kerjaan dokter THT kok hanya korek-korek kuping. Tapi ternyata banyak anak-anak kita yang serumen atau kotoran telinganya sampai mengeras. Saya harus mengakui, setelah mereka para dokter itu bekerja, kelihatan besar kotoran itu sebesar ini (seujung jari kelingking). Ketika itu dikeluarkan, anak-anak itu bisa mendengar dengan jelas," tutur Nila Moeloek.
Menurut WHO, gangguan pendengaran karena kotoran telinga (serumen) terbanyak adalah pada anak usia SD. Prevalensi penderita gangguan indera pendengaran di Indonesia saat ini adalah tertinggi keempat di dunia yaitu 4,5 persen. Tiga teratas di atas Indonesia: Sri Lanka, Myanmar, dan India.
Dari prevalensi 4,5 persen tersebut, untuk penduduk di atas usia 5 tahun, 18,8 persen gangguan pendengaran disebabkan oleh kotoran telinga (serumen), dan dari populasi tersebut bagian terbesarnya dijumpai pada siswa SD.
Itu sebabnya Bersih-Bersih Telinga menjadi salah satu mata program yang akan banyak mendapat perhatian Komnas PGPKT, di samping program khusus lain seperti baksos bedah mikro untuk menolong penderita congek dan pelatihan tenaga kesehatan untuk deteksi dini.
#worldhearingday #indonesiasehat #IndonesiaBBT
Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.