WHO : setiap Menit Seribu Anak Mengalami Kebutaan
Saat ini angka gangguan penglihatan terus meningkat tajam dari kelompok usia anak sampai usia lanjut. Menurut UNICEF, kebutaan anak (childhood blindness) menyumbang 4% dari total penyebab kebutaan dengan jumlah sekitar 1,4 juta anak di dunia.
Dari jumlah ini diperkirakan satu juta di antaranya tinggal di Asia dan sekitar 300.000 di Afrika. Prevelansi kebutaan anak adalah 0,3 ‰ pada kelompok usia 0-15 tahun di negara maju dan 1,5‰ di negara berkembang. Global Initiative for the Elimination of Avoidable Blindness: Action Plan 2006-2011 yang diterbitkan WHO juga menyatakan bahwa 500.000 anak menjadi buta setiap tahunnya atau dapat dikatakan setiap menit ditemukan seribu anak yang mengalami kebutaan.
Angka Kebutaan 16 Provinsi di Indonesia
Hasil Survei Kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness atau RAAB tahun 2014 – 2016 di 15 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa angka kebutaan mencapai 3%. Penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak sebesar 81%. Data ini menjadi dasar untuk memfokuskan program penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia pada penanggulangan katarak, gangguan refraksi dan gangguan penglihatan dengan penyebab lainnya.
Gangguan penglihatan dengan penyebab lainnya seperti Glaukoma dan Retinopati Diabetikum, ikut meningkat seiring meningkatnya kasus Diabetes. Diperkirakan 1 dari 3 Penderita Diabetes berisiko terkena Retinopati Diabetikum dan pasien dengan Diabetes memiliki risiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat retinopati dibandingkan dengan kalangan Non-Diabetes. Penyakit tidak menular juga merupakan salah satu faktor risiko gangguan penglihatan dan kebutaan.
World Sight Day 2018
Menkes Nila F Moeloek dalam sambutannya pada acara puncak peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2018 di Surabaya (11 Oktober 2018) mengatakan bahwa gangguan penglihatan dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal umur. Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami bagaimana caranya untuk mencegah dan mengendalikannya.
Tema Internasional World Sight Day tahun ini adalah Eye Care Everywhere. Tema ini menekankan pelayanan kesehatan mata terjangkau bagi semua orang. Sedangkan tema nasionalnya adalah Mata Sehat Untuk Semua.
Tema ini sangat relevan dengan upaya Pemerintah dalam mencegah dan mengendalikan gangguan penglihatan serta kebutaan di Indonesia dengan melibatkan seluruh jajaran lintas sektor beserta segenap lapisan masyarakat, termasuk kalangan swasta dan dunia usaha.
Dukungan lintas sektor dan masyarakat diperlukan untuk membantu Pemerintah dalam meningkatkan layanan dan memenuhi sarana prasarana pelayanan kesehatan mata yang komprehensif dan bermutu. Di samping itu, dukungan juga diperlukan dari para guru, orang tua murid, organisasi profesi.
Ketersediaan tenaga kesehatan yang terampil, ahli, dan profesional di bidangnya juga diperlukan untuk melaksanakan deteksi dini gangguan penglihatan pada masyarakat, khususnya pada anak-anak. Dengan demikian, bonus demografi yang diperoleh pada tahun 2030 adalah generasi usia produktif yang sehat, berkualitas, dan berdaya saing.
Skrining dan deteksi dini adalah kunci utama dalam menemukan kasus sedini mungkin guna mendapatkan intervensi yang tepat Fokus Kegiatan Peringatan #WSD2018 di Indonesia
Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat berdampak pada meningkatnya masalah gangguan penglihatan. Meningkatnya jumlah usia lanjut akan berdampak pada peningkatan gangguan penglihatan secara langsung yakni meningkatnya jumlah kasus katarak dan secara tidak langsung yakni meningkatnya jumlah kasus retinopati diabetikum, glaukoma serta gangguan penglihatan dengan penyebab lainnya.
Gangguan penglihatan dapat menyerang semua umur termasuk bayi dan balita. Bayi dan balita merupakan salah satu kelompok berisiko mengalami gangguan penglihatan. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap ancaman gangguan penglihatan, terutama kebutaan yang dapat dicegah.
Hari Penglihatan Sedunia tahun ini difokuskan pada isu :
1) Mengatasi masalah akses masyarakat pada pelayanan kesehatan mata agar semua orang dimana pun ia berada akan memperoleh pelayanan kesehatan mata yang bermutu sesuai standar,
2) Melakukan edukasi dan sosialisasi kepada kelompok berisiko terutama bayi dan balita, anak sekolah, orang tua serta mereka yang menderita Diabetes dan Hipertensi agar mereka mau dan mampu menjaga kesehatan mata masing-masing,
3) Deteksi dini gangguan penglihatan pada anak usia sekolah melalui kegiatan penjaringan kesehatan anak sekolah pada program UKS dan pada usia 15 tahun ke atas melalui Posbindu, dan
4) pemberdayaan masyarakat untuk mendukung upaya deteksi dini populasi berisiko agar mereka segera dapat diskrining dan mendapatkan layanan rujukan guna pengobatan dini.
Skrining dan deteksi dini adalah kunci utama dalam menemukan kasus sedini mungkin guna mendapatkan intervensi yang tepat.
Peluncuran SIGALIH
Pada kesempatan yang istimewa ini juga diluncurkan SIGALIH (Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan) yang merupakan sistem informasi berbasis web bagi kader dan tenaga kesehatan terlatih untuk memudahkan pendataan hasil deteksi dini gangguan penglihaan ditingkat UKBM (Posbindu), Puskesmas dan Rumah Sakit.
SIGALIH dimaksudkan agar kasus yang ditemukan pada saat skrining dapat segera di tindaklanjuti sesuai indikasi, sehingga
(1) masyarakat dapat segera terlayani agar terhindar dari risiko kebutaan.
(2) memperkuat ketersediaan data tentang kasus yang diskrining dan
(3) menguatkan sistem rujukan bagi kasus gangguan penglihatan yang perlu mendapat penanganan.
Pada kesempatan yang sama Menkes menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung upaya pencegahan dan pengendalian kebutaan dan gangguan penglihatan di Tanah Air. "Sebab, mata adalah alat dan jendela bagi setiap insan untuk menatap keindahan dunia, menjalani kehidupan sehari-hari, dan menghindar dari bahaya" Ujar Nila
Bebas Malaria
Di tempat yang sama Menkes memberikan Sertifikat Eliminasi Malaria kepada Bupati/ Walikota dari 7 kabupaten/ kota yang tersebar di 4 provinsi.Menkes menghimbau pencapaian eliminasi malaria dijaga dan dipertahankan dengan sebaik-baiknya
"Khusus untuk Provinsi Jawa Timur saya sampaikan apresiasi karena seluruh kabupaten/kotanya telah bebas malaria sejak tahun 2017. Dengan demikian jika sampai tahun 2019 seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tidak ada lagi penularan kasus malaria setempat, maka Pemda Provinsi Jawa Timur dapat mengajukan Jawa Timur Bebas Malaria. Saya minta keadaan Bebas Malaria yang sudah dicapai di 279 kabupaten/ kota di Indonesia dapat dipertahankan, dijaga, dan dikawal agar tidak muncul lagi kasus malaria akibat penularan setempat. Saya yakin dan percaya dalam waktu yang tidak terlalu lama secara bertahap satu-persatu wilayah Indonesia tercinta ini akan bebas malaria" papar Nila mengakhiri sambutannya
Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.