Ajeng Mau Kuliah

Hobinya melukis dan membuat aneka prakarya. Ajeng juga jago membatik. Setiap kali ditanya cita-cita, Ajeng selalu menjawab tegas, "Aku mau kuliah."

Ajeng (15 tahun) mempunyai gangguan pendengaran sejak kecil. Ibunya memasukkan Ajeng ke Sekolah Luar Biasa sesuai anjuran seorang dokter yang memeriksanya kala itu. Kekuatiran yang mendalam membuat ibu Ajeng, Ainul (35 tahun), tak memikirkan kemungkinan lain untuk mengatasi gangguan yang diderita anak semata wayangnya waktu itu. Hati-hati dia gambarkan perasaannya, "Saya sampai takut punya anak lagi. Takut tidak bisa mendengar, seperti Ajeng." Tersendat Ainul bercerita sambil mengelus adik perempuan Ajeng yang masih 3 tahun. "Saya akhirnya punya anak lagi karena Ajeng terus minta adik." Adik Ajeng tidak mempunyai gangguan pendengaran.

Kekuatiran Ainul dapat dimaklumi. Seperti ibu lain, dia ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun informasi yang terbatas membuatnya lebih bersikap melindungi ketimbang membuka cakrawala yang lebih luas. Padahal gangguan pendengaran Ajeng ternyata dapat diperbaiki dengan alat bantu dengar. Screening RSUD Jombang di SLB mempertemukan Ajeng dengan solusi pendengarannya melalui program Bakti Kesehatan Nasional Telinga, Pendengaran, dan Mata. Ajeng memenuhi syarat dan terpilih sebagai salah satu dari 250 orang penerima alat bantu dengar.

Linangan air mata Ainul seolah mewakili kebahagiaan tak terkira hati para ibu yang anaknya akan menerima ABD. Memang kasih sayang dan dukungan keluarga menjadi faktor utama dalam peningkatan kualitas hidup seorang penderita gangguan indera khususnya pendengaran.

Di RSUD Jombang telah diinisiasi pembentukan komunitas Gema Suara yang menjadi wadah komunikasi dan dukungan di antara keluarga yang mempunyai anak dengan gangguan pendengaran.

Senyum tak lepas dari raut cerdas Ajeng. Ajeng akan kuliah

#worldhearingday #indonesiamendengar