17 September 2018

Polusi Udara Turunkan Kemampuan Belajar Siswa

Polusi Udara Turunkan Kemampuan Belajar Siswa

Seorang berjalan dengan masker menembus kabut tebal yang memenuhi udara dengan konsentrasi polutan tinggi di China (foto : Alliance)

Oleh : P2PTM Kemenkes RI

Polusi udara tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan pernapasan, tetapi juga bisa hambat siswa dalam mengembangkan kemampuan matematika dan berbahasa. Temuan ini diungkap dalam studi di Cina dan Amerika Serikat.

Demikian penemuan sebuah studi terbaru oleh para peneliti dari Cina dan Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (27/8).

Dalam penelitian ini, ilmuwan membandingkan hasil ujian nasional tahun 2010 dan 2014 yang dilakukan oleh 32.000 perempuan dan laki-laki di berbagai propinsi di Cina

Mereka mencoba mendokumentasikan bagaimana paparan polusi jangka pendek dan panjang dapat mempengaruhi nilai dan kemampuan kerja otak para peserta tes.

Data yang diteliti mencakup informasi tentang di mana dan kapan responden mengambil tes, kemudian para peneliti membandingkan nilai tes dengan indeks polusi udara resmi di daerah itu.

Dengan membandingkan skor dari tahun 2014 hingga 2010, para peneliti menemukan bahwa semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin tajam penurunan nilai tes.

Mereka menemukan bahwa skor verbal dan matematika menurun pada paparan polusi udara yang lebih besar. Skor verbal juga ditemukan turun lebih rendah dibandingkan dengan skor matematika. 

Penelitian ini juga menemukan bahwa penurunan skor verbal lebih menonjol di antara pria dibandingkan wanita, dengan perbedaan gender lebih besar di antara yang kurang berpendidikan.

Kemampuan konsentrasi menurun

Studi yang sama juga mengungkapkan pengaruh kabut asap terhadap orang lanjut usia dan menemukan hubungan antara rendahnya kualitas udara dengan penurunan kemampuan kognitif dan kasus Alzheimer.

“Dampak tidak langsung dari polusi udara terhadap kesejahteraan sosial bisa jadi lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Zhang Xiaobo, pemimpin riset tersebut dan juga ekonom di Universitas Peking di Beijing.

Zhang juga merupakan rekan peneliti senior di Institut Riset Kebijakan Pangan Internasional yang berada di Perancis.

Sebagai gambaran, berdasarkan data dari Asosiasi Alzheimer di Chicago, Amerika Serikat, penyakit Alzheimer sendiri pada 2015 membutuhkan biaya sebesar US$ 226 miliar.

Temuan ini sungguh memprihatinkan terutama bagi negara-negara berkembang, dimana polusi udara dapat dijumpai.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 20 negara yang memiliki polusi udara terbesar adalah negara berkembang.

"Hasil penelitian di Cina yang merupakan negara berkembang dengan polusi udara terparah, juga bisa merepresentasikan negara berkembang lainnya," ujar Zhang.(DW.de)


Artikel Sebelumnya
Polusi Udara Pangkas Usia Penduduk Indonesia Hingga 5 Tahun
Artikel Selanjutnya
Who: Merokok Sebabkan Jutaan Kasus Serangan Jantung

Upcoming Agenda
27 September 2022

Hari Jantung Sedunia 2022

31 Maret 2022

Webinar Hari Ginjal Sedunia'22 : Kenali, Jaga dan Rawat Ginjal Kita Dengan PATUH

26 Maret 2022

Webinar Nakes :Pencegahan & Intervensi Obesitas di FKTP (WOD 2022)

24 Maret 2022

Webinar (HTTS 2022 Seri 1) : Rokok dan Pandemi COVID-19

Selengkapnya
Newsletter

Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia