Penyakit Ginjal, Penyakit yang Tidak Membeda-bedakan'

Penyakit Ginjal, Penyakit yang Tidak Membeda-bedakan

22 Januari 2018

Siapapun berisiko terkena penyakit ginjal




Di tahun 2003, hidup Hans Tenniglo sangatlah luar biasa. Pria kelahiran Westzaan, Belanda, itu bekerja sebagai manajer di Hewlett-Packard. Secara teratur ia berkelana ke Swedia untuk urusan pekerjaan. Waktu luangnya ia habiskan bersama istri dan anak-anak. Di akhir pekan, ia lari sejauh 20 kilometer untuk menjaga kondisi tubuhnya. Suatu hari ia merasa tidak sehat di tengah perjalanan bisnis ke Swedia. Kemudian, hidupnya berubah 180 derajat.

“Rasanya sangat tidak enak, seperti gejala flu – semua energi dalam tubuh saya lenyap begitu saja,” ujar Hans, 64, yang kini menjadi relawan untuk Netherlands Kidney Patients Association. “Dan tentu saja, itu bukan flu biasa.”

Seorang dokter mengendus sesuatu yang mencurigakan di balik sakit Hans yang sangat mendadak. Ternyata hal itu terjadi akibat penurunan kondisi ginjal yang telah berlangsung bertahap, tanpa gejala, dan bersatu-padu dengan hipertensi yang ia derita. Dokter spesialis ginjal mendapati fungsi ginjal Hans tinggal 40 persen.


“Ketika memasuki ruang konsultasi dokter spesialis ginjal, saya membatin, ‘Untuk apa saya berada di sini?’” ujar Hans. “Itu adalah masa-masa terberat. Butuh waktu sebelum saya bisa menerima fakta bahwa ginjal saya bermasalah, bahkan di saat saya tidak merasakannya.”

Hans mulai mengonsumsi obat-obatan untuk menjaga fungsi ginjal dan mengontrol hipertensi. Diiringi dengan program olahraga dan diet rendah garam yang ia jalani dengan disiplin, kini Hans berhasil menghindari cuci darah dan tranplantasi ginjal selama 12 tahun.

“Banyak pasien ginjal yang lupa akan kondisinya saat sedang berlibur, dan melanggar pantangan makan,” ujar pria yang kini pensiun dari pekerjaannya dan telah menjadi kakek. “Saya tidak melakukan itu kepada ginjal saya. Ginjal tidak tahu saya sedang liburan atau tidak. Saya ingin menjaga ginjal saya, agar mereka juga menjaga saya.”

Penyakit ginjal tidak diskriminatif; semua orang, baik pria maupun wanita, segala usia dan etnis, punya kesempatan yang sama untuk mengalaminya. Penyakit itu menyerang dalam hening, membuat para korbannya merasa sehat di saat kedua ginjal mereka sedang menderita kerusakan permanen. Sama seperti Hans, kebanyakan orang tidak menyadari sakit yang mereka alami, sampai ginjal sudah mengalami kemunduran yang signifikan.

Sejumlah orang didiagnosis secara tidak sengaja. Andrew Gallagher, pria 29 tahun dari Dundalk, Irlandia, mendapati penyakit ginjalnya ketika akan bergabung pada sebuah pusat kebugaran. Gym tersebut mewajibkan calon anggotanya menjalani tes kesehatan. Hasilnya? Ia tak hanya menderita hipertensi, tetapi diam-diam ginjalnya telah digerogoti penyakit.


“Sebelumnya saya tidak tahu, penyakit ginjal bisa datang akibat hipertensi,” ujarnya. “Saya cukup fit; saya bisa berolahraga dan berlari.”

Untung, ada sejumlah langkah yang  bisa ditempuh untuk mengurangi risiko penyakit ginjal, dan sebuah tes simpel bisa memeriksa kondisi ginjal Anda, di semua tahap.

“Tidak ada istilah terlalu dini untuk pengobatan penyakit ginjal yang kronis,” ujar dr. David Wheeler, wakil ketua organisasi Kidney Disease: Improving Global Outcomes, asal Brussels. “Makin dini Anda dirawat, makin besar fungsi ginjal yang terselamatkan.”
(Lisa Fields)





Artikel Lainnya

Newsletter

Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.

Agenda Mendatang
14 March 2024
Hari Ginjal Sedunia - 14 Maret 2024
03 March 2024
Hari Pendengaran Sedunia 2024
04 March 2024
Hari Obesitas Sedunia 2024
27 March 2024
Webinar Hari Ginjal Sedunia 2024
07 March 2024
Seminar Puncak Hari Pendengaran Sedunia 2024
Selengkapnya