Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.”.'

Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.”.

18 Mei 2019

World Hypertension Day (WHD) atau Hari Hipertensi Dunia diperingati setiap tahun setiap tanggal 17 Mei sejak 2005. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyebarluaskan informasi kepada seluruh masyarakat di dunia agar memberikan perhatian, peran serta dan mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan masalah hipertensi sebagai silent killer, yang berpotensi menyebabkan epidemi di dunia.


Hari Hipertensi Dunia 2019 mengusung  tema Nasional  Know Your Number, Kendalikan Tekanan Darahmu dengan CERDIK.”. Tema ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat bahwa hipertensi dapat dicegah dan diobati. Tema tersebut juga menegaskan agar setiap orang  melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala dan mencegah serta mengendalikan hipertensi.


Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat.


Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang  yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.



Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes 
mengatakan yang penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran untuk
cek kesehatan , saat jumpa pers di Kementerian Kesehatan 18/5


“Bulan Pengukuran Tekanan Darah”- May Measurement Month


Hari Hipertensi Dunia yang digelar setiap 17 Mei kali ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat bahwa hipertensi dapat dicegah dan diobat.


Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan yang penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran untuk cek kesehatan.“Kita tumbuhkan kesadaran diri kita semua untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi,” katanya.


Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah menyelenggarakan “Bulan Pengukuran Tekanan Darah” yang dimulai Mei – Juni 2019 bekerja sama dengan organisasi profesi seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), dan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PERHI), melaksanakan sosialisasi dan diseminasi informasi tentang Hipertensi melalui berbagai media cetak, elektronik, dan media tradisional serta pemasangan spanduk, umbul-umbul berisi pesan tentang Hipertensi.




Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, 
dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes " ...hipertensi merupakan salah satu pintu masuk
atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,”

23,7 % dari 1,7 juta Kematian di Indonesia tahun 2016 tersebab Hipertensi


Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017, menyatakan bahwa dari 53,3 juta kematian didunia didapatkan penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 33,1%, kanker sebesar 16,7%, DM dan gangguan endokrin 6% dan infeksi saluran napas bawah sebesar 4,8%. Data penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2016 didapatkan total kematian sebesar 1,5 juta dengan penyebab kematian terbanyak adalah penyakit kardiovaskuler 36,9%, kanker 9,7%, penyakit DM dan endokrin 9,3% dan Tuberkulosa 5,9%. IHME juga menyebutkan bahwa dari total 1,7 juta kematian di Indonesia didapatkan faktor risiko yang menyebabkan kematian adalah tekanan darah (hipertensi) sebesar 23,7%, Hiperglikemia sebesar 18,4%, Merokok sebesar 12,7% dan obesitas sebesar 7,7%.


Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, pada Temu Media memperingati Hari Hipertensi Dunia 2019 di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jumat (17/5).


Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.



Pembiayaan JKN untuk Hipertensi terus meningkat tiap tahun


Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun  2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017  dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.




Riskesdas 2018 : 63 Juta lebih penduduk Indonesia  menyandang Hipertensi


Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian.


Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1%  diketahui bahwa sebesar  8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya  Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan.


Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena :


1. Penderita hipertensi merasa sehat (59,8%),


2. Kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%),


3. Minum obat tradisional (14,5%),


4. Menggunakan terapi lain (12,5%),


5. Lupa minum obat (11,5%),


6. Tidak mampu beli obat (8,1%),


7. Terdapat efek samping obat (4,5%) dan


8. Obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).




Dr. Tunggul Situmorang SpPD-KGH,FINASIM Ketua PERHI- mengatakan tekanan darah 
merupakan penyebab utama kematian di dunia tapi juga menjadi beban utama
sehingga ini menjadi masalah global.


Tanpa Keluhan


Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer.



Dokter dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia Dr. Tunggul Situmorang SpPD-KGH,FINASIM mengatakan tekanan darah merupakan penyebab utama kematian di dunia tapi juga menjadi beban utama sehingga ini menjadi masalah global.


“Semua organ yang memiliki pembuluh darah akan dirusak oleh hipertensi seperti otak,” katanya.


Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer.


Cegah  Hipertensi dengan kendalikan Faktor Risiko


Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih , obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres. Data Riskesdas 2018 pada penduduk usia 15 tahun keatas didapatkan data faktor risiko seperti proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%, proporsi kurang aktifitas fisik 35,5%, proporsi merokok 29,3%, proporsi obesitas sentral 31% dan proporsi obesitas umum 21,8%. Data tersebut diatas menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan data RISKESDAS tahun 2013.


 


CERDIK dan PATUH atasi Hipertensi


Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Hipertensi diantaranya adalah:


1) meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam pengendalian Hipertensi dengan perilaku “CERDIK” dan “PATUH”;


2) meningkatkan pencegahan dan pengendalian Hipertensi berbasis masyarakat dengan “Self Awareness” melalui pengukuran tekanan darah secara rutin;


3) penguatan pelayanan kesehatan khususnya Hipertensi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti: meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatah Tingkat Pertama (FKTP), optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu pelayanan;


4) Salah satu upaya pencegahan komplikasi Hipertensi khususnya Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di FKTP melalui Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM,


5) Pemberdayaan masyarakat dalam deteksi dini dan monitoring faktor risiko hipertensi melalui Posbindu PTM yang diselenggarakan di masyarakat, di tempat kerja dan institusi.


 Sumber : Subdit PJPD , penyunting : anitasari 


 

Newsletter

Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.

Agenda Mendatang
14 March 2024
Hari Ginjal Sedunia - 14 Maret 2024
03 March 2024
Hari Pendengaran Sedunia 2024
04 March 2024
Hari Obesitas Sedunia 2024
27 March 2024
Webinar Hari Ginjal Sedunia 2024
07 March 2024
Seminar Puncak Hari Pendengaran Sedunia 2024
Selengkapnya