Jumlah Penderita Katarak di Indonesia Tinggi, Menkes Ingatkan Perilaku Hidup Sehat'

Jumlah Penderita Katarak di Indonesia Tinggi, Menkes Ingatkan Perilaku Hidup Sehat

05 November 2018

Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dr. Muhamad Sidik, Sp.M(K) mengatakan di Indonesia banyak penyakit katarak. Saat ini ada sekitar 1 juta orag buta karena katarak.


Berdasarkan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) rata-tata angka kebutaan di Indonesia sebanyak 3% untuk penduduk di atas usia 50 tahun.


Ada beberapa hal yang dicurigai jadi penyebabnya, yakni kata dr. Sidik, karena Indonesia berada di garis equator 0 derajat yang tersorot banyak sinar matahari dan terus-menerus. Dicurigai sinar UV B bisa mempercepat timbul katarak.


“Ada beberapa hal lagi yang bisa menjadi penyebab katarak, yaitu diabetes melitus atau kencing manis. Orang kencing manis kalo kadar gula nya meningkat terus bisa menimbulkan katarak dengan cepat,” kata dr. Sidik pada Konferensi Pers Terkait Hari Penglihatan Sedunia di Jakarta, Minggu (4/11).


Pada umumnya katarak susah dicegah, yang bisa dicegah adalah kebutaan karena katarak. Kebutaan itu bisa dihindari dengan cara dioperasi.


“Operasi katarak adalah operasi paling efektif, paling efisien, paling menimbulkan benefit paling tinggi daripada tindakan prosedur lainnya, sehingg orang yang tadinya tidak produktif jadi produktif lagi,” tambahnya.


Saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bersama seluruh stakeholders termasuk Komisi Mata Nasional (Komatnas) sudah menyusun satu peta jalan penanggulangan gangguan penglihatan di Indonesia.


Peta jalan tersebut telah diadopsi oleh Organisasi Internasional Pencegahan Kebutaan (IAPB) untuk dijadikan contoh bagi negara lain.


“Peta jalan ini kalau memperlihatkan bagaimana strategi mengatasi gangguan penglihatan yang dimulai dari tingkat Posbindu, fasilitas kesehatan Primer, dan RS tipe C sampai A,” jelas dr. Sidik.


Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan permasalahan gangguan penglihatan harus dikembalikan pada promotif dan preventif. Hal itu berhubungan dengan perilaku masing-masing individu karena menurut Nila, bagaimana pun juga regulasi tentang kesehatan mata dibuat akan percuma kalau perlaku setiap orang tidak berubah.


“Jadi lakukan perilaku hidup sehat seperti olahraga, makan buah, dan cek kesehatan secara berkala. Cek kesehatan berkala itu penting, mata kalau sudah kena (bermasalah) karean sakit gula misalnya, butanya bisa permanen. Jadi yang penting itu bukan ngobatin tapi cegah,” tegas Nila.(Rokomyanmas)

Newsletter

Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.

Agenda Mendatang
14 March 2024
Hari Ginjal Sedunia - 14 Maret 2024
03 March 2024
Hari Pendengaran Sedunia 2024
04 March 2024
Hari Obesitas Sedunia 2024
27 March 2024
Webinar Hari Ginjal Sedunia 2024
07 March 2024
Seminar Puncak Hari Pendengaran Sedunia 2024
Selengkapnya