Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia (global threat) dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.[1] Sedangkan sebagai perbandingan, HIV / AIDS, malaria dan TBC secara keseluruhan membunuh 3 juta populasi dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung.
Penyakit Kardiovaskular juga paling sering menyerang kelompok usia produktif, sehingga mortalitasnya menyebabkan beban ekonomi dan sosial terhadap masyarakat. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) yang didirikan sejak 1957 sebagai wadah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah telah bergerak aktif dalam berbagai lini untuk turut berperan dalam gerakan mengatasi penyakit kardiovaskular di Indonesia. Tahun ini, World Heart Foundation bekerjasama dengan PERKI menginspirasi jutaan orang di Indonesia untuk menjadi Pahlawan Jantung dengan berjanji untuk menjaga jantung mereka, kerabat, dan teman-teman.
PERKI percaya bahwa kesehatan jantung untuk semua orang adalah hak asasi manusia yang mendasar dan elemen penting dari keadilan kesehatan di dunia. Terlepas dari negara, wilayah, asal, ras, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pendapatan, setiap manusia berhak atas kesehatan dan kesejahteraan kardiovaskular melalui promosi kesehatan, akses ke pencegahan, kontrol, dan pengelolaan penyakit kardiovaskular. Sayangnya, ini tidak terjadi hari ini.
Polusi Udara menjadikan penduduk kota berisiko
Hari Jantung Sedunia (World Heart Day) adalah platform peningkatan kesadaran terbesar untuk kesehatan kardiovaskular dan tahun ini kami menggunakannya untuk menyorot ketidakadilan kesehatan jantung. Salah satu masalah yang paling mendesak tetap akses ke obat-obatan kardiovaskular esensial: dua miliar orang, sekitar sepertiga dari populasi global, tidak memiliki akses ke obat-obatan yang mereka butuhkan, sebagian besar mempengaruhi mereka di negara-negara yang kurang terlayani, wilayah atau daerah terpencil di dalam kota. Meskipun menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan, menyediakan akses ke obat-obatan penyakit kardiovaskular masih kurang dalam agenda nasional maupun global.
Selain itu, tingginya insidensi penyakit kardiovaskular dan hambatan untuk mengakses layanan kesehatan berhubungan dengan berbagai faktor penentu sosial ekonomi kesehatan, termasuk pendidikan dan kesadaran kesehatan. Beberapa faktor tersebut diantaranya:
Berbagai spektrum penyakit kardiovaskular di antaranya adalah penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, gagal jantung, gangguan irama jantung, dan penyakit katup jantung. Saat ini penyakit jantung koroner masih berkontribusi sebagai spektrum penyakit jantung terbanyak di seluruh dunia dan menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun 2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker. Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK.
Selain PJK, PJB merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan. Angka kejadian PJB di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus dari 135 juta kelahiran hidup setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 300.000 kasus dikategorikan PJB berat yang membutuhkan operasi kompleks agar dapat bertahan hidup. Sementara di Indonesia, angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup (9 : 1000 kelahiran hidup) setiap tahunnya.2
Kesadaran diri, kerabat dan Teman akan Penyakit Jantung
Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit jantung, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita. Menurunkan beban penyakit kardiovaskular di Indonesia tidak hanya tugas salah satu pihak, namun peran semua lapisan masyarakat (pasien, dokter, keluarga pasien, dan pembuat kebijakan). Sudah waktunya untuk kita berjanji untuk bersama-sama menurunkan insidensi dan beban penyakit kardiovaskular dimulai dari langkah yang sederhana, yaitu:
Bersama kita lawan penyakit kardiovaskular. Your Heart is Our Heart too
Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia ( P E R K I )
1. dr. Isman Firdaus Sp.JP (K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, FESC, FSCAI Ketua PP PERKi
Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.