Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung Sehat, SDM Unggul '

Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung Sehat, SDM Unggul

26 September 2019

 “JANTUNG SEHAT, SDM UNGGUL”. adalah tema nasional  Peringatan Hari Jantung Sedunia (HJS) tahun 2019 dan #WorldHeartDay2019 kali ini mengusung tema global “My Heart, Your Heart” dalam kampanye memerangi penyakit jantung. Melalui tema HJS tersebut kita diajak untuk melakukan perubahan kecil dalam hidup kita, membuat sebuah janji sederhana untuk kesehatan jantung kita, dan kesehatan jantung orang-orang yang kita sayangi, seperti berkomitmen mengonsumsi makanan yang lebih sehat, beraktivitas fisik lebih baik, berhenti merokok, dan lain-lain.


Penyakit Jantung Koroner  (PJK) adalah  gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika sedang mendaki/kerja berat ataupun berjalan terburu-buru pada saat berjalan di jalan datar atau berjalan jauh.  


Penyakit jantung  koroner terdiri  dari  penyakit jantung  koroner stabil  tanpa gejala, angina pektoris stabil, dan Sindrom Koroner Akut (SKA). Penyakit jantung koroner stabil tanpa gejala  biasanya  diketahui   dari  skrining,  sedangkan angina  pektoris stabil  didapatkan gejala nyeri dada bila melakukan aktivitas yang melebihi aktivitas sehari-hari.  


Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (39,5 juta dari 56,4 kematian). Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% nya disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu 17.7 juta dari 39,5 juta kematian.


Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%, dengan peringkat prevalensi tertinggi



  1. Provinsi Kalimantan Utara 2,2%,

  2. DIY 2%,

  3. Gorontalo 2%.


Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8 provinsi lainnya dengan prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional. Delapan provinsi tersebut adalah:



  1. Aceh (1,6%),

  2. Sumatera Barat (1,6%),

  3. DKI Jakarta (1,9%),

  4. Jawa Barat (1,6%),

  5. Jawa Tengah (1,6%),

  6. Kalimantan Timur (1,9%),

  7. Sulawesi Utara (1,8%) dan

  8. Sulawesi Tengah (1,9%).


Aparat Pemerintah tertinggi menderita penyakit jantung 


Berdasarkan jenis kelamin, Prevalensi PJK lebih tinggi pada perempuan (1,6%) dibandingkan pada laki-laki (1,3%). Sedangkan jika dilihat dari sisi pekerjaan, ironisnya penderita Penyakit Jantung tertinggi terdapat pada aparat pemerintahan, yaitu PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dengan prevalensi 2,7%.  Begitu pula, jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita Penyakit Jantung dengan prevalensi 1,6% dibandingkan penduduk perdesaan yang hanya 1,3%.


Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 menunjukkan PJK merupakan penyebab kematian tertinggi kedua setelah stroke, yaitu sebesar 12,9% dari seluruh penyebab kematian tertinggi di Indonesia.


Data BPJS menunjukkan adanya peningkatan biaya kesehatan untuk PJK dari tahun ke tahun. Pada tahun 2014 PJK menghabiskan dana BPJS sebesar 4,4 Triliun Rupiah, kemudian meningkat menjadi 7,4 Triliun Rupiah pada tahun 2016 dan masih terus meningkat pada tahun 2018 sebesar 9,3 Triliun.  Hal ini menunjukkan besarnya beban negara terhadap penanggulangan PJK, yang seharusnya dapat dikendalikan dengan mengendalikan faktor risiko. 


Mencegah dengan CERDIK dan Mengendalikan dengan PATUH 


Dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular termasuk PJK, pemerintah fokus pada upaya promotif dan preventif dengan tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Diantaranya dengan:



  1. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017, yang tahun ini difokuskan pada kegiatan deteksi dini, peningkatan aktivitas fisik serta konsumsi buah dan sayur;

  2. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, sejalan dengan agenda ke-5 Nawacita yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang dimulai dari keluarga, diantaranya penderita hipertensi berobat teratur dan tidak ada anggota keluarga yang merokok;

  3. Meningkatkan gaya hidup sehat dengan perilaku “CERDIK”, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, Kelola stres;

  4. Melakukan pola hidup “PATUH” bagi penyandang PTM khususnya PJK, yaitu Periksa kesehatan secara rutin, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat, Tetap aktivitas fisik dengan aman, Upayakan diet sehat dan gizi seimbang, Hindari asap rokok, minuman beralkohol dan zat karsinogenik lainnya.


“JANTUNG SEHAT, SDM UNGGUL”


Kementerian Kesehatan juga mengajak semua untuk melakukan perubahan sederhana dalam aktivitas sehari-hari dengan menghidupkan perilaku CERDIK agar mendapatkan jantung yang sehat dengan tagline “JANTUNG SEHAT, SDM UNGGUL”. Dengan kesadaran diri dan sekitar akan penyakit jantung diharapkan setiap individu secara tidak langsung berkontribusi untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit tersebut. Melalui kesadaran ini kiranya terjaga kelompok usia produktif dari kematian dini akibat penyakit yang menjadi penyebab beban ekonomi dan sosial terhadap masyarakat. Tentunya dengan jantung yang sehat  pada diri, kerabat dan teman-teman maka telah diawali langkah  memperoleh SDM unggul yang produktif dan sehat yang merupakan modal utama pembangunan bangsa.

Newsletter

Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.

Agenda Mendatang
14 March 2024
Hari Ginjal Sedunia - 14 Maret 2024
03 March 2024
Hari Pendengaran Sedunia 2024
04 March 2024
Hari Obesitas Sedunia 2024
27 March 2024
Webinar Hari Ginjal Sedunia 2024
07 March 2024
Seminar Puncak Hari Pendengaran Sedunia 2024
Selengkapnya