Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Ketika tembakau disebut 'obat dari Tuhan' sampai menjadi 'pembunuh senyap''

Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Ketika tembakau disebut 'obat dari Tuhan' sampai menjadi 'pembunuh senyap'

01 Juni 2019



Tembakau menghilangkan nyawa setengah dari seluruh penggunanya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).Setiap tahun, enam juta orang meninggal dunia akibat mengisap rokok secara aktif, sedangkan 900.000 orang lainnya tutup usia karena menjadi perokok pasif.


Menjelang peringatan Hari Tanpa Tembakau Dunia pada 31 Mei, rangkaian foto ini akan merunut bagaimana masyarakat awalnya memandang tembakau sebagai "obat dari Tuhan" yang dapat menyelamatkan nyawa sampai mendapat julukan 'ilalang mematikan'.


Selama berabad-abad merokok dianggap sebagai kebiasaan sehat sehingga tanaman tembakau, Nicotiana, mendapat julukan 'tanaman suci' dan 'obat dari Tuhan' pada abad ke-16.


Bahkan, seorang peneliti medis asal Belanda bernama Gilles Everaerts meyakini bahwa sedemikian tingginya manfaat tembakau, sebagian dokter akan menganggur.


"Asapnya merupakan penawar semua racun dan penyakit-penyakit menular," tulis Everaerts dalam buku terbitan 1587 berjudul Panacea; or the Universal Medicine, being a Discovery of the Wonderful Virtues of Tobacco taken in a Pipe.


Dengan kata lain, Everaerts menganggap tembakau adalah obat dari semua penyakit yang bisa digunakan dengan membakar dan mengisapnya melalui pipa.


tembakau
Sebagian besar jenis tembakau merupakan tanaman asli Benua Amerika. Penduduk di benua tersebut menggunakan tembakau sebagai obat sebelum bangsa Eropa tiba pada abad ke-15.(foto GETTY IMAGES)



Orang Eropa pertama yang mencoba menggunakan tembakau untuk tujuan medis adalah Christopher Columbus, menurut sebuah artikel karya Prof Anne Charlton dalam Journal of the Royal Society of Medicine.


Charlton menulis, Colombus menyadari pada 1492 bahwa tembakau diisap oleh penduduk di kepulauan yang sekarang bernama Kuba, Haiti, dan Bahama. Kadang kala daun tembakau dibakar layaknya obor untuk membantu mensucihamakan atau mengusir penyakit dari sebuah tempat.


Tembakau juga dipakai sebagai pasta gigi, yang mungkin dicampur limau atau kapur, di daerah yang kini menjadi Venezuela. Praktik semacam itu masih berlangsung di India.


tembakau
Para dokter dan apoteker dari Eropa tertarik dengan penggunaan tembakau sebagai obat.(foto:WELLCOME COLLECTION)



Bukti-bukti bahwa tembakau bisa dipakai sebagai obat disodorkan sejumlah orang pada masa itu.


Penjelajah Portugis, Pedro Alvares Cabral, yang tiba di Brasil pada 1500-an, melaporkan bahwa betum (nama lain tembakau) dipakai untuk mengobati penyakit seperti kulit bernanah dan polip.


Kemudian di kawasan yang kini menjadi Meksiko, biarawan Spanyol bernama Bernardino de Sahagun belajar dari dokter setempat bahwa penyakit yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar pada leher dapat disembuhkan dengan membedah leher dan menaburkan daun tembakau yang sudah ditumbuk dengan campuran garam.


dokter
Pada abad ke-19, para dokter yang mengkaji anatomi dianjurkan merokok untuk menutupi bau jenazah yang menempel pada tubuh mereka.foto:WELLCOME COLLECTION



Para dokter dan apoteker dari Eropa serta-merta tertarik dengan penggunaan tembakau sebagai obat.


Pada abad-abad berikutnya, menurut Wellcome Collection yang merupakan museum sekaligus perpustakaan kesehatan, pipa atau rokok menjadi aksesori wajib bagi dokter, dokter bedah, dan mahasiswa kedokteran — khususnya di ruang bedah.


Mereka dianjurkan mengisap rokok secara bebas guna menutupi bau jenazah serta melindungi mereka dari ancaman penyakit yang timbul dari jenazah.


Saat wabah penyakit merebak di London pada 1665, anak-anak diperintahkan mengisap tembakau di ruang kelas.


tembakau
Mengisap tembakau dilakukan dengan bebas saat wabah penyakit merebak di London pada 1665.fotoWELLCOME COLLECTION



Asap tembakau diyakini dapat melindungi manusia dari aroma tidak sedap yang dianggap sebagian orang membawa penyakit.


Mereka yang ditugasi mengubur para jenazah mengisap tembakau menggunakan pipa untuk mengusir penyakit.


Namun, di antara kalangan penganjur tembakau sebagai obat sekalipun, ada sebagian orang yang skeptis terhadap manfaat tembakau.


Dokter asal Inggris bernama John Cotta, yang menulis sejumlah buku kedokteran dan ilmu sihir, merenungkan pada 1612 apakah tembakau bakal menjadi "monster dari banyak penyakit".


tembakau
Pada abad ke-18, tembakau diberikan kepada korban tenggelam untuk sensasi hangat dan stimulasi.Foto:WELLCOME COLLECTION



Walau ada skeptisisme, tembakau sangat diminati dan para apoteker memasoknya dalam jumlah banyak.


Salah satu manfaat tembakau pada zaman itu yang membuat khalayak masa kini mengernyitkan dahi adalah untuk korban tenggelam. Caranya adalah mengembuskan asap tembakau ke anus korban.


Para dokter saat itu meyakini asap tembakau akan melawan sensasi dingin pada tubuh korban sehingga korban bisa cepat hangat dan sadar. Perangkat tembakau disediakan di bantaran Sungai Thames untuk situasi darurat.


Meniupkan asap tembakau ke dalam telinga juga dianjurkan untuk mengobati orang sakit telinga pada abad ke-18.


tembakau
Camel mengklaim sebagai rokok pilihan para dokter.fotoGETTY IMAGES




Setelah zat nikotin ditemukan pada daun tembakau pada 1828, dunia medis mulai lebih skeptis pada anggapan bahwa tembakau bisa dipakai sebagai obat.


Meski demikian, pengobatan memakai tembakau masih dapat ditemui pada zaman itu, termasuk penggunaan pada anus untuk melawan sembelit, pendarahan wasir, dan mengatasi cacing.


Ketika dunia medis mulai menyoroti kebiasaan merokok pada 1920-an dan 1930-an, merek rokok Camel mencoba meyakinkan para konsumen dengan mengklaim bahwa kaum dokter merekomendasikan publik untuk merokok dan para dokter mengisap rokok Camel.


Perusahaan rokok itu juga menyebut merokok direkomendasikan oleh para penyanyi untuk "mengusir ketidakmurnian pada organ tenggorokan yang sensitif".


Lucky Strike
Iklan ini mengklaim bahwa "Anda memerlukan perlindungan ini (...) yang hanya bisa ditawarkan asap rokok".fotoGETTY IMAGES



Selama 30 tahun terakhir, efek buruk merokok telah terbukti jelas, begitu pula dengan merokok secara pasif.


Akibatnya, banyak negara melarang kegiatan merokok di tempat-tempat umum yang tertutup. Kampanye untuk menyadarkan khalayak memakai taktik-taktik yang mengejutkan .


Beberapa negara bahkan mewajibkan semua perusahaan rokok menempelkan foto-foto seram pada bungkus rokok, seperti foto pasien kanker paru, jantung, dan penyakit lain yang disebabkan tembakau.


Di Inggris, boneka bernama 'Smokey Sue' digunakan untuk mengedukasi para perempuan hamil mengenai bahaya asap rokok pada janin.


tembakauMenggunakan boneka peraga, iklan ini hendak menggambarkan bahaya merokok pada janin.fotoSCIENCE MUSEUM LONDON


Baru-baru ini, rokok elektrik atau e-cigarette semakin umum dikonsumsi. Perangkat ini ditenagai batere yang dapat diisi ulang sehingga penggunanya dapat mengisap nikotin dalam uap, alih-alih asap tembakau.


Rokok elektrik tidak menghasilkan tar atau karbonmonoksida, dua elemen paling berbahaya dalam asap tembakau. Namun, bukan berarti rokok elektrik benar-benar aman, kata Layanan Kesehatan Inggris (NHS).


Vaping – istilah mengonsumsi rokok elektrik – tidak sepenuhnya bebas kontroversi.


Philip Morris International, perusahaan rokok terbesar dunia yang mendiversikan bisnis mereka ke pasar rokok elektrik, dan Juuls telah digugat di AS. Keduanya dituduh menyasar anak muda dalam kampanye periklanan di media sosial.


Pembuat aturan di AS juga berhadapan dengan para peritel yang memudahkan anak muda serta remaja mendapatkan dan membeli rokok elektrik.


rokok
Rokok elektrik ditengarai tidak seberbahaya rokok tembakau, namun perusahaan-perusahaan digugat karena memasarkannya ke anak muda.(foto: Gatty Image)



Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap tembakau adalah "epidemi" dan "salah satu ancaman kesehatan publik terbesar yang pernah dihadapi dunia".


Organisasi tersebut mendesak negara-negara untuk mengadopsi rangkaian kebijakan demi mencegah penggunaan tembakau, seperti menaikkan pajak rokok serta melarang iklan dan sponsor oleh perusahaan tembakau.


Pemakaian tembakau, lanjut WHO, telah menurun. Sebanyak 20% dari penduduk dunia merokok tembakau pada 2016, turun dari 27% pada 2000. Akan tetapi lajunya kurang cepat untuk memenuhi target yang disepakati dunia.


Ada sebanyak 1,1 miliar orang dewasa di dunia yang merupakan perokok dan 80% di antara mereka berasal dari negara dengan pendapatan rendah hingga menengah.(BBC)


#Sejarah #HTTS2019 #Rokok #Tembakau #Notobacco



Artikel Lainnya

Newsletter

Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.

Agenda Mendatang
14 March 2024
Hari Ginjal Sedunia - 14 Maret 2024
03 March 2024
Hari Pendengaran Sedunia 2024
04 March 2024
Hari Obesitas Sedunia 2024
27 March 2024
Webinar Hari Ginjal Sedunia 2024
07 March 2024
Seminar Puncak Hari Pendengaran Sedunia 2024
Selengkapnya