Gen Termutasi Sulut Ketergantungan pada Perokok'

Gen Termutasi Sulut Ketergantungan pada Perokok

23 Oktober 2018

Mengapa berhenti merokok sangat sulit, jika sudah terbiasa? Mengapa banyak yang mulai merokok lagi setelah berhenti? Penyebabnya bukan sekedar kurangnya niat, melainkan gen yang termutasi. Demikian ilmuwan Perancis.


Konsumsi tembakau adalah risiko kesehatan manusia terbesar, yang bisa dihindari. Walaupun risiko diketahui, dan kampanye pencegahan sudah dilaksanakan di berbagai bagian dunia, setiap tahunnya, di seluruh dunia sekitar enam hingga tujuh juta orang meninggal akibat dampak merokok. Jika bahayanya sudah diketahui, mengapa berhenti merokok sangat sulit. Juga mengapa mereka yang sudah berhenti, mulai merokok kembali? Berikut jawabannya seperti yang dilansir dw.com


Sulitnya berhenti merokok atau bahkan relaps setelah berupaya berhenti  rupanya tidak terkait dengan kurangnya niat untuk berhenti merokok.Yang bertanggungjawab adalah mutasi gen, dan kerentanannya terhadap nikotin juga sudah diketahui selama ini. Ilmuwan dari Institut Pasteur dan institut Perancis National Center for Scientific Research bekerjasama dengan Universitas Sorbonne dan Insern mengadakan kerjasama dan mengungkap, mutasi gen yang dicatat pada tikus, juga menyebabkan orang yang sudah berhenti merokok kembali merokok lagi. Mutasi ini juga bisa ditemukan pada manusia. Yaitu pada sekitar 35% warga Eropa, dan sampai 50% dari penduduk Timur Tengah.


Reseptor nikotin sulut aktivitas "lingkaran setan"


Menurut studi yang dipublikasikan dalam majalah "Current Biology", nikotin menyebabkan ketagihan karena mengikat reseptor nikotin di otak. Akibatnya, otak mengaktifkan perasaan mendapat pahala, dan menyulut perasaan senang. Dalam beberapa tahun terakhir, studi besar-besaran atas gen manusia menunjukkan, mutasi pada gen CHRNA5 berkaitan dengan bertambahnya risiko ketergantungan pada nikotin secara signifikan.


Berdasarkan hasil studi ini, para ilmuwan mengadakan percobaan mutasi pada seekor tikus dengan bantuan teknik di bidang gen molekuler. Mereka kemudian menilai perilaku tikus dalam beberapa hal, dan menunjukkan bahwa mutasi gen menyebabkan konsumsi Nikotin yang makin tinggi, dan kemungkinan kembali merokok setelah berhenti juga bertambah. "Studi ini memungkinkan kami menilai dampak mutasi gen atas sejumlah stadium ketergantungan pada nikotin dengan presisi tinggi. Ini memberikan penjelasan pertama bagaimana berfungsinya mekanisme yang menyebabkan orang kembali merokok setelah berhenti", demikian dikatakan penulis studi Benoit Forget.


Dasar untuk mencari obat


Yang menarik, penelitian menunjukkan, efek ini berkaitan dengan berkurangnya aktivitas neuron di nucleus interpeduncularis, yaitu sebuah area di bagian tengah otak. Bagian ini adalah struktur otak dengan konsentrasi terbesar dari apa yang disebut subunit reseptor α-Nikotin, atau reseptor nicotinic acetylcholine.


Berdasarkan hasil studi, kini para pakar kedokteran berusaha mencari "obat yang mampu meningkatkan aktivitas reseptor nikotin subunit α, agar konsumsi tembakau berkurang dan kemungkinan orang kembali merokok juga berkurang", demikian dikatakan Uwe Maskos, kepala bagian neurobiologi integratif pada bagian Sistem Cholinerge di Institut Pasteur dan CNRS. 

Artikel Lainnya

Newsletter

Tetap terhubung dengan kami untuk Update info terbaru agenda-agenda PTM Kementerian Kesehatan Indonesia.

Agenda Mendatang
14 March 2024
Hari Ginjal Sedunia - 14 Maret 2024
03 March 2024
Hari Pendengaran Sedunia 2024
04 March 2024
Hari Obesitas Sedunia 2024
27 March 2024
Webinar Hari Ginjal Sedunia 2024
07 March 2024
Seminar Puncak Hari Pendengaran Sedunia 2024
Selengkapnya